Senin, 15 September 2008

Masya Allah, Orang-orang Miskin Itu .....

Dua puluh satu orang tewas karena berdesak-desakan dan terinjak-injak saat berebut zakat senilai Rp 30 ribu di Pasuruan. Sebagian besar korban adalah perempuan lanjut usia. Masya Allah .....
Dimensi apa yang bisa kita teropong dari kejadian tragis, ironis, sekaligus menggiriskan hati itu ?
Nilai nyawa yang begitu murah, cuma Rp 30 ribu ? Perilaku suka berebut dan tidak sabaran ? Kemiskinan yang sudah sedemikian memprihatinkan sehingga ribuan orang rela saling sikut untuk uang dalam penilaian secara umum tak seberapa ?
Kemiskinan memang gampang berubah wajah menjadi kekejaman. Kemiskinan kadang membuat orang tak peduli pada orang lain, meski tidak semua.
Ingat, sebelum peristiwa mengenaskan itu di Jakarta terungkap pengusaha daging daur ulang sampah hotel yang bertahun-tahun menjalankan bisnisnya tanpa tersentuholeh pihak berwewenang.
Bermodal formalin dan rhodamin, pengusaha yang harus kita akui ulet dan jeli tersebut memulung daging buangan dari hotel dan restoran, kemudian dicuci, dimasak, diberi formalin biar awet, diwarnai dengan rhodamin, lalu dijual murah Rp 5 ribu per plastik.
Jualan itu pun laris, dari ibu-ibu rumah tangga sampai pemilik warung tegal. Barangkali kita pernah menikmati daging daur ulang hasil kreativitas yang sebenarnya sangat berbahaya bagi kesehatan.
Kemiskinan memang gampang membutakan terhadap segala sesuatu, terutama pikiran jernih disertai logika. Pokoknya, murah rah dan tentu saja, enak !
Dari kenyataan ironis yang bertebaran di sekitar kita, masihkah perlu berbangga hati dengan mengatakan angka kemiskinan telah turun drastis ?
Bagi saya, bangsa ini bukan cuma miskin dalam dimensi ekonomi, melainkan juga nurani, visi, dan kecerdasan.
Banyak hal-hal dangkal yang menjadi persoalan nasional heboh. Contohnya, apakah lebih penting mempersoalkan baju seragam bagi koruptor ketimbang menegakkan hukum setegak-tegaknya ?
Masya Allah, begitu miskin bangsa ini sehingga hal remeh-temeh seringkali dibesar-besarkan, bahkan kadang-kadang sekadar untuk alasan politis !

Tidak ada komentar: