Sabtu, 22 Maret 2008

Orang-orang Serakah

Saya tak bisa membayangkan andai memegang uang senilai Rp 6 miliar karena tampaknya tidak akan pernah mengalami.
Jika uang itu terdiri atas pecahan seribu rupiah, berapa meter tumpukannya ? Kalau dibelikan kerupuk, kira-kira dapat berapa biji ya ......
Dulu, ketika masih kecil orang tua sering mengingatkan agar tidak serakah. Kebetulan saudara banyak.
Tetapi namanya anak-anak, selalu saja bikin ulah. Ada yang menyembunyikan jatah saudara, merebut, atau bahkan merampas.
Itulah mungkin yang terjadi di negeri ini. Korupsi tak mati-mati ! Bahkan lembaga yang semestinya mencegah, menindak, dan mengawal slogan antikorupsi ternyata disusupi orang-orang yang hobi korupsi.
Barangkali korupsi berawal dari sifat serakah. Sudah punya banyak masih pengin yang lebih banyak lagi.
Keinginan susah dikendalikan. Orang tak akan pernah merasa cukup atas apa yang sudah dimiliki. Ingin yang lebih, lebih, dan lebih.
Bisa pula korupsi berawal dari rasa lapar dan haus serta ''miskin''. Begitu ada kesempatan, rasa lapar dan haus itu hendak dituntaskan.
Celakanya, seringkali lapar dan haus tak bisa sembuh. Bahkan cenderung terus bertambah parah.
Soal ''miskin'', bisa miskin harta, miskin kearifan, miskin rohani, serta masih banyak miskin-miskin yang lain.
Intinya memang bagaimana menaklukkan serakah, rasa lapar dan haus, dan ''miskin'' itu. Kalau tidak, jangan harap korupsi bakal mereda.
Jangan-jangan saya termasuk orang-orang serakah itu ........

Tidak ada komentar: