Senin, 24 Maret 2008

Pemimpin

Pesan almarhum Bapak masih terngiang-ngiang hingga sekarang. ''Sebelum memimpin orang lain, pimpinlah diri sendiri terlebih dulu''.
Itulah nasihat seorang guru SD yang nilainya amat tinggi sebagai filosofi. Disarikan dari pengalaman dan pergulatan hidup sekian lama.
Pesan berupa nasihat itu saya kira relevan dengan keadaan sekarang ketika negeri ini seperti selalu salah dalam mencari dan menemukan pemimpin.
Sang pemimpin yang digadang-gadang bisa membawa kemaslahatan ternyata tidak memenuhi harapan.
Ada yang hanya hobi ngomong, suka mempraktikkan prinsip trial by error seolah-olah negeri ini punya mbahnya, diam melulu atau hanya mesem-mesem, dan sebagainya.
Ada sekolah formal pemimpin tetapi tak menjamin lulusannya menjadi pemimpin yang benar-benar mampu memimpin.
Banyak calon pemimpin disiapkan lewat organisasi kemasyarakatan, kampus, dan partai politik, tetapi ketika duduk di kursi pemimpin seperti lupa apa yang mesti dilakukan.
Memimpin masih sering diartikan bagaimana memanfaatkan kedudukan beserta segala fasilitasnya serta memperdaya yang dipimpin.
Di sinilah ungkapan ''pimpinlah diri sendiri sebelum memimpin orang lain'' menemukan inti maknanya.
Pada kalimat itu ada semangat mawas diri apakah layak untuk menduduki posisi sebagai pemimpin.
Pemimpin dalam konteks persoalan ini bisa ketua RT, manajer, direktur perusahaan, hingga kepala negara dan pemerintahan.
Teori kepemimpinan bisa dipelajari oleh siapa saja, namun tidak semua pantas menjadi pemimpin.
Ada banyak kriteria seorang pemimpin yang benar-benar pemimpin. Jika dirangkum cukup dengan kata-kata: melayani dan mau berkorban !
Bukan pemimpin kalau bersemangat korupsi, kolusi, dan nepotisme. Bukan pemimpin jika melalaikan rakyat. Bukan pemimpin kalau suka marah-marah dan tersinggung. Bukan pemimpin jika hanya memikirkan diri sendiri dan kelompoknya.
Jadi, Anda bisa menilai orang-orang yang sekarang menjadi pemimpin apakah pemimpin dalam arti sesungguhnya.

Tidak ada komentar: