Rabu, 19 Maret 2008

Seperti Mengurus becak

Sudah lama saya menduga, perusahaan penerbangan AdamAir dan sejenisnya tidak akan berumur panjang. Meski bukan orang kaya dan tidak sering-sering amat memanfaatkan jasa penerbangan, iming-iming tarif murah itu mengundang kecurigaan besar.
Tak mungkin hanya memangkas atau menghilangkan biaya konsumsi penumpang. Pasti ada pos-pos lain yang dikorbankan demi menciptakan tarif miring, bahkan tak masuk akal, itu. Jangan-jangan perawatan pesawat dan faktor-faktor keselamatan penumpang juga dikorbankan.
Ketika ditanya teman atau saudara kenapa saya fanatik pada salah satu perusahaan penerbangan nasional tertua dan bertarif ''mahal'', saya belum bisa menjawab disertai hitungan-hitungannya secara detail dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan penerbangan baru yang murah meriah itu.
Pokoknya, saya merasa aman ! Itulah jawaban saya. Tak sedikit yang mengolok-olok saya orang sok, karena saat banyak pilihan penerbangan murah mau-maunya bertindak ''bodoh'' dengan tetap loyal pada perusahaan penerbangan yang tarifnya memang tinggi.
Sekarang terbukti, betapa bobrok manajemen penerbangan murah itu. Setelah AdamAir diteliti ternyata mereka mengabaikan keselamatan penumpang. Ngeri ketika ingat salah satu pesawatnya hilang beserta seluruh awak dan penumpangnya, serta hingga kini tak ketahuan rimbanya.
Orang boleh bilang bahwa hidup dan mati di tangan Tuhan. Kalau sudah takdir, tak usah naik pesawat terbang, di tempat tidur pun sewaktu-waktu bisa dipanggil menghadap Dia.
Tetapi saya yakin kita diberi hak sekaligus kewajiban untuk mengupayakan dan mengantisipasi agar semua berjalan baik dan selamat !
Jadi, betapa tolol ada orang mengurus usaha jasa penerbangan seperti mengurus becak. Murah murah, siapa saja bisa terbang (tetapi gue enggak jamin keselamatan elu!).

Tidak ada komentar: